Sunday, September 13, 2009

Rendang

Harga : Rp 185.000,00
Harga Promosi : Rp 180.000,00
Anda menghemat : Rp 5.000,00
Berat : 1000 gram
Dimensi Produk : Porsi
Ketersediaan Barang : Tak Terbatas






Rendang asli padang yang terkenal nikmat diolah dengan santan kelapa dan bumbu-bumbu tradisional lainnya. Kombinasi pedas, asam dan manis dengan bau harum yang sangat khas dan menggugah selera. ketahanan produk bisa lebih satu bulan kalau dipanaskan.sangat cocok untuk persiapan kalo pembantu lagi mudik,kost, atau ramadhan dikemas dalam toples agar tetap higienis pada waktu pengiriman.


Secara garis besar, rasa rendang adalah pedas, namun jika sudah menjadi menu rumah makan padang, kadar rasa pedas tergantung kebijakan pemilik rumah makan. Jika anda pernah ke Padang atau mencicipi masakan rendang yang dibuat oleh orang Padang ‘asli’, anda akan merasakan bedanya dengan rendang yang dijual di rumah makan Padang. Selain bumbu rendang yang lebih meresap, rasa pedasnya juga akan lebih terasa.


Rendang mempunyai keunikan. Semakin lama rendang, rasanya akan semakin enak. Maksudnya jika anda membuat rendang di hari Senin dan tidak habis, anda tidak perlu takut rendangnya akan menjadi busuk. Cukup dimasak ulang (dipanaskan), tidak perlu menambah bumbu lagi, kemudian hidangkan lagi di hari-hari berikutnya. Maka rasa bumbu rendang akan semakin menyerap ke dalam daging. Masalah dagingnya menjadi (terlalu) keras, itu berarti anda mesti menggunakan daging dengan kualitas terbaik…jangan salahkan dagingnya.


Rendang Kering, Disukai karena Dimasak Pakai Hati


Bosan dengan lauk kering yang selama ini tersedia di meja makan? Coba cicipi rendang kering khas Sumatera Barat. Selain praktis, juga awet disimpan hingga hitungan bulan. dilakukan kala Ramadhan tiba. Kini, selain abon, kering kentang, kering tempe, dan kering teri kacang yang biasa jadi andalan, ada pula lauk unik khas Sumatera Barat, yakni rendang kering. Untuk mendapatkannya, tak lagi perlu jauh-jauh pergi menyeberang pulau. Kini di Jakarta sudah ada beberapa produsen yang membuat lauk gurih-pedas ini. Selain itu, ada pula agen yang sifatnya hanya memasarkan rendang kering asli produksi Sumatera Barat.


Tahan 3 Bulan


Salah satu pembuat rendang kering adalah Firsty Indah Rahayu (39). Wanita asli Kuningan, Cirebon, ini mendapatkan resep rendang kering dari ibu mertuanya, Nany Saidi, yang asli Payakumbuh. Nany sendiri adalah pengusaha katering untuk perkawinan yang telah kenyang pengalaman. Usaha rendang kering dilakoni Tety, sapaan Firsty, sejak tahun 2005. Ia membuat rendang dengan tiga macam bahan baku. Telor, paru, dan daging sapi suwir. Awalnya, hanya dipasarkan untuk teman-teman terdekat. Karena banyak yang suka, Tety kemudian memberanikan diri ikut pameran Inacraft di Jakarta, dengan merek Rendang Datuk. "Saya namai Rendang Datuk biar mudah diingat saja," jelas Tety.


Tak dinyana, sejak ikut pameran, usaha Tety dikenal orang. "Pesanan makin banyak. Hari-hari biasa, saya biasa mengolah 5 kilogram daging jadi rendang kering. Tapi kalau sedang ramai seperti menjelang puasa bisa sampai 10 kilogram." Lalu apa sih, istimewanya Rendang Datuk? "Benar-benar kering dan tahan tiga bulan. Padahal, tanpa zat pengawet lho," ujar Tety yang sebelum memasarkan dagangannya sudah terlebih dulu melakukan uji coba. "Benar-benar bisa bertahan tiga bulan walau disimpan di ruang biasa."


Rendang kering produksi Tety dikemas dalam wadah toples plastik mika bulat. Tersedia dua ukuran, yakni 100 gram dan 250 gram. Harganya tentu saja tergantung dari ukuran dan jenis rendangnya. Untuk rendang telur ayam negeri ukuran 100 gram, Tety memberi harga Rp 12.500. "Tapi, kebanyakan orang belum terbiasa makan rendang telur. Yang sudah akrab di lidah pembeli ya rendang daging. Jadi, sampai saat ini, rata-rata yang banyak dicari adalah rendang kering daging," terangnya.


Agar pembeli tak perlu jauh-jauh datang ke rumahnya di bilangan Pondok Labu, Tety menyediakan servis pesan layan antar. Untuk bisa diantar ke alamat pemesan, Tety mematok minimal pemesanan senilai Rp 150.000 untuk Jakarta dan Rp 250.000 untuk luar Jakarta. Di luar Jabodetabek, "Kami kirim pakai jasa pengiriman. Ongkos kirim ditanggung pemesan," jelas Tety yang kini bangga produkya sudah sampai ke Beijing, China. "Jemaah yang mau umrah atau haji juga sering bawa Rendang Datuk," tambahnya.


Figure 1


Makan Rendang Dapat Protein dan Mineral!


Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki makanan dengan ciri khas dan keunikan tersendiri, terutama dalam hal bahan baku, cara pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya.
Daging sapi dapat diolah menjadi berbagai masakan, baik yang bersifat tradisional (seperti empal, semur, sate, rawon, rendang, abon, dendeng) maupun dalam bentuk olahan modern (seperti bistik, daging corned, daging asap, sosis, bakso, dan lain-lain). Salah satu produk pangan tradisional siap santap yang sangat populer di Indonesia adalah rendang.


Bila Anda berkunjung ke restoran Padang, pasti akan menjumpai masakan rendang. Tidak aneh memang, sebab rendang merupakan kreasi budaya masak-memasak masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Selain rendang, daerah Sumatera Barat juga sangat dikenal sebagai penghasil jenis masakan lain, seperti gulai, kari, balado, dan dadih. Rendang daging sapi dapat disimpan dengan waktu relatif lama, yaitu selama tiga hari pada suhu kamar (25-30oC). Daya awet tersebut disebabkan oleh kemampuan antimikroba berbagai jenis bumbu yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, seperti Escherichia coli, Staphylococcus typhimurium, dan Vibrio choleare.


Rendang dan Kalio


Rendang dibuat dari bahan utama daging sapi yang dimasak bersamaan dengan campuran bumbu atau rempahrempah tertentu.Kombinasi tekstur daging yang empuk dengan cita rasa pedas dan gurih yang seimbang, membuat rendang sangat populer dan disukai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, dari anak-anak hingga usia lanjut. Berdasarkan lama pemasakan, produk rendang dapat dibedakan atas rendang kering dengan lama pemasakan relatif lebih lama dan kalio (rendang basah) dengan lama pemasakan lebih singkat. Ciri kalio adalah sausnya masih agak encer dan warnanya kuning kecokelatan, belum berwarna cokelat kehitaman seperti pada rendang. Dengan kadar air yang relatif lebih tinggi, masa simpan kalio lebih singkat dibandingkan dengan rendang. Semakin populer rendang, menjadikan bumbu dan cara pengolahannya sering dimodifikasi sesuai dengan tuntutan masyarakat setempat. Tidak heran kalau kita menjumpai rendang yang rasanya agak manis, agak asin, atau terlalu pedas.


Kandungan Lemak Lebih Rendah dari Abon


Proses pemasakan daging menjadi rendang tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap kadar protein serta beberapa jenis vitamin dan mineral. Beberapa vitamin dan mineral justru meningkat akibat pemakaian rempah-rempah yang cukup berarti. Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam rendang. Kandungan protein pada rendang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terdapat pada daging kornet dan abon, yaitu masing-masing 23, 16 dan 18 persen. Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan tubuh yang optimal.


Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan protein yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam-asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang. Asam amino esensial merupakan pembangun protein tubuh yang harus berasal dari makanan (tidak dapat dibentuk di dalam tubuh).
Selain kaya akan protein, rendang mengandung energi sebesar 193 kkal per 100 g, lebih rendah dibandingkan dengan daging kornet dan abon. Rendang memiliki kadar lemak lebih rendah daripada kornet dan abon. Sebagian besar lemak pada rendang berasal dari santan yang digunakan dalam pemasakan.


Di lain pihak, kehadiran santan sangat diperlukan untuk penciptaan rasa gurih pada rendang. Karena itu, jumlah santan perlu diatur jumlahnya supaya dapat memberikan rasa gurih, tetapi tidak terlalu menimbulkan risiko bagi penimbunan lemak di dalam tubuh.


Rendang kaya akan mineral kalsium, fosfor, dan besi, yaitu masing-masing 474, 211 dan 14,9 mg per 100 gram, lebih tinggi dibandingkan dengan kornet dan abon. Rendang juga mengandung sejumlah vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam pantotenat, yang sangat diperlukan untuk kesehatan tubuh.

TENUNAN SONGKET SILUNGKANG SUMATERA BARAT



Indotoplist.com : Di Sumatra Barat ada dua daerah yang dikenal sebagai penghasil tenunan songket yang bagus. Selain Pandai Sikek di Kabupaten Tanah Datar, satu lagi adalah Silungkang, Kota Sawahlunto. Tenunan Silungkang mempunyai kelebihan pada motif. Keistimewaan lain terdapat pada ragamnya. Ada songket ikat, songket batabua, penuh, benang dua, dan songket selendang lebar. Keunikan itulah yang membuat songket Silungkang diminati pembeli dari Malaysia dan Singapura.
Asal Usul Silungkang adalah sebuah desa di Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Desa kecil yang luasnya sekitar 4800 hektar ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dalam bidang pertanian (padi dan palawija). Dahulu, hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di daerah sekitarnya saja, tetapi juga ke provinsi lain, malahan sampai ke Pahang (Malaysia). Konon, ketika memasarkan hasil-hasil pertanian ke daerah Pahang (sekitar abad ke-19), mereka tertarik pada tenun songket yang ada di sana. Oleh karena itu, ketika pulang ke daerahnya (Silungkang), mereka membawanya. Terdorong untuk mencari penghasilan selain dari pertanian, mereka tertarik juga untuk membuat tenun songket sendiri. Untuk itu, mereka mulai mempelajari proses pembuatannya mulai dari alat tenun, benang, konstruksi tenunan sampai proses pewarnaannya. Demikian, sehingga akhirnya mereka dapat membuat kain songket yang kemudian dikenal sebagai Songket Silungkang. Dewasa ini pengrajin tenun Songket Silungkang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain saja. Akan tetapi, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja (“hemd”), tussor (bahan tenun diagonal), dan taplak meja polos. Peralatan dan Bahan Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “panta”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), sisia (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), pancukia (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket, dan turak (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar). Panta tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamedangan (tempat khusus untuk menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga kayu paso. Gunanya adalah untuk menggulung kain yang sudah ditenun. Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm. Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan Pandai Sikek tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau biru tua.

Motif ragam hias Songket Silungkang selain dibentuk dengan benang mas, juga dengan benang berwarna lainnya. Oleh sebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu: (1) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan (2) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna emas. Kain songket yang motifnya dibuat dengan benang mas pemasarannya relatif terbatas karena harganya mahal dan pemakaiannya hanya pada saat ada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: perkawinan, batagakgala (penobatan penghulu), dan penyambutan tamu-tamu penting. Sedangkan, kain songket jenis kedua yang motifnya tidak dibuat dengan benang mas adalah untuk memenuhi pasaran yang lebih luas karena jenis ini tidak hanya untuk busana tradisional, tetapi juga untuk bahan kemeja, selendang, taplak meja dan hiasan dinding. Sebagai catatan, pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional. Caranya, sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan unsur-unsur lain yang akan menghalangi masuknya zat pewarna. Kemudian, benang diberi zat pemutih (soda abu). Zat itu dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia atau apotek. Setelah itu, benang itu dibagi menjadi beberapa bagian yang kemudian dicelup dengan warna yang diperlukan. Proses selanjutnya adalah mencelupkan benang tersebut ke air panas (mendidih) yang telah diberi zat pewarna tertentu (sesuai selera atau pesanan), kemudian dijemur. Saat ini proses pewarnaan dengan cara-cara tersebut sudah jarang dilakukan sebab penenun dapat langsung membeli benang-warna yang telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik tekstil. Teknik Pembuatan Tenun Songket Pembuatan tenun songket pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Tahap kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai “inlayweavingsystem”. Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar dihubungkan ke paso. Posisi benang yang membujur ini oleh masyarakat Silungkang disebut “benang tagak”. Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan lagi dengan palapah. Pemasukkan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif mudah karena masih dibantu dengan alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan menginjaksalah satu tijak-panta untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain dasar. Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang masatau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu. Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang makaoitu harus dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Setelah jalur benang makao itu dibuat dengan pancukie, maka ruang untuk meletakkan turak itu diperbesar dengan alat yang disebut palapah. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan. Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Pembuatan sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan, seringkali lebih dari satu bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5--10 sentimeter. Sebagai catatan, kain songket tidak boleh dilipat, tetapi harus digulung dengan kayu bulat yang berdiameter 5 cm. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar bentuk motifnya tetap bagus dan benang mas-nya tidak putus, sehingga songketnya tetap dalam keadaan baik dan rapi.

Motif Ragam Hias Tenun Songket Silungkang Kekayaan alam Minangkabau sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam hias biasanya diberi nama tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun benda-benda yang ada di alam sekitar. Beberapa nama ragam hias dari Nagari Silungkang antara lain adalah: Bungo Malur, Pucuak Ranggo Patai, Kudo-Kudo, Pucuak Jawa, Pucuak Kelapa, Tigo belah, Kain Balapak Gadang, Bungo Kunyik, Kaluak Paku, Bungo Ambacang, Barantai, Sisiak dan lain-lain. Sedangkan untuk hiasan tepi kain terdapat beberapa nama motif seperti Bungo Tanjung, Lintahu Bapatah, Itiak Pulang Patang, Bareh Diatua, Ula Gerang dan lain-lain. Melihat bentuk ragam hiasnya, kelihatan bahwa ragam hias songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam hias dari Pandai Sikek. Ragam hias Pandai Sikek kelihatan lebih rumit-rumit dan bervariasi. Selain bersifat menghias, ragam hias kain songket tersebut juga memiliki makna. Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “pucuak rabuang”. Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil sudah berguna bagi masyarakat. Sewaktu rebungmasih kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia). Nilai Budaya Tenun Songket Silungkang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya digunakan pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara batagakgala (penobatan penghulu) dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang bagus.